ATENSI.CO, KOTAMOBAGU- Seminar Kebudayaan Bolaang Mongondow, yang dilaksanakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Kotamobagu, dibuka secara resmi oleh Wakil Wali Kota Kotamobagu, Nayodo Koerniawan, Rabu (21/11), di Restorant Lembah Bening.
Dalam sambutannya, Wakil Wali Kota mengatakan bahwa, Seni, Adat, dan Budaya daerah merupakan cermin kepribadian dari sebuah masyarakat, sehingga, seluruh masyarakat harus dapat mempertahankan, serta harus dapat melestarikan Seni, Adat, dan Budaya daerah.
“Melalui kegiatan Seminar tentang Kebudayaan Bolaang Mongondow yang kita laksanakan pada hari ini, saya juga mengajak kepada seluruh elemen masyarakat di Kota Kotamobagu, agar mari kita semua terus melestarikan nilai – nilai Seni, Adat, dan Budaya Bolaang Mongondow,” ajak Wakil Wali Kota.
Wakil Wali Kota Kotamobagu juga berharap agar, pelaksanaan kegiatan Seminar tersebut, juga dapat menjadi forum bagi para generasi muda di Kota Kotamobagu, dalam menambah serta meningkatkan pengetahuan tentang Seni, Adat dan Budaya Bolaang Mongondow.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kotamobagu, Agung Adati, mengatakan dengan dilaksanakannya Seminar tersebut, juga diharapkan akan dapat menghasilkan berbagai rekomendasi penting, yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan masukan bagi upaya pelestarian Seni, Adat dan Budaya Bolaang Mongondow.
“Selain melaksanakan kegiatan Seminar, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Kotamobagu juga akan terus melakukan Inventarisasi terhadap sejumlah kesenian dan tradisii lokal, yang mungkin selama ini sudah hampir punah, untuk kemudian dapat dipentaskan kembali ke tengah – tengah masyarakat, sebagai bagian dari Revitalisasi dan Reaktulisasi Seni, Adat dan Budaya,” terang Papa Fatur, sapaan akrabnya. Selain dihadiri Wakil Walikota Kotamobagu, serta para pimpinan SKPD, Akademisi, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat dan LSM di Kotamobagu, kegiatan yang dilaksanakan di Aula Restaurant Lembah Bening tersebut, juga menghadirkan sejumlah Budayawan yang menjadi Narasumber, yakni, Chairun Mokoginta, Sumitro Tegela, dan Mustafa Potabuga. (*)